Sabtu, 04 Februari 2012

Rahasia Pendidikan Rasulullah


Rahasia Pendidikan Rasulullah


Sudah berhasilkah pendidikan di Indonesia? Kalau memang sudah berhasil, apa indikatornya, begitupun bila belum? Kemana sebenarnya arah pendidikan bangsa ini? Model manusia apakah yang ingin dihasilkan dari sistem pendidikan nasional kita? Apakah ragam kurikulum yang telah dibuat dan seringkali diperbarui dari waktu ke waktu, sudah menjadi jaminan penghantar bagi kemajuan masa depan anak-anak negeri ini? Adakah keterkaitan pendidikan kita dengan anugerah suburnya alam nusantara, yang kaya dengan ragam habitat nabati, botani dan biologi, baik di daratan maupun di lautan, sehingga menjadikan bangsa ini benar-benar sejahtera, kaya makmur dan berdaulat atas tanahnya sendiri? Islam merupakan agama yang dipeluk oleh mayoritas bangsa ini, namun sudahkah nilai-nilai Islam menjadi bagian dari pola hidup umat Islam dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara? Kalau memang diyakini, bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah contoh tauladan terbaik tiada dua, namun mengapa umat Islam tidak menjadikannya sebagai role model bagi seluruh kegiatan pendidikan, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia unggulan?
Dalam tulisan sederhana ini, kita akan mencoba menggali apa sebenarnya rahasia pendidikan Rasulullah SAW, sehingga bisa menghasilkan manusia-manusia mulia yang sukar dicari tandingannya di dunia ini.
Rahasia Pendidikan Rasulullah SAW
Sejarah kehidupan Muhammad SAW adalah sejarah yang terbuka. Semenjak dia kecil, remaja, dewasa bahkan saat beliau diangkat menjadi Rasulullah SAW. Bila kita simak segala aspek kehidupan beliau, sungguh luar biasa keajaiban dan kehebatan beliau yang tiada tepinya. Baik saat beliau memimpin, bergaul termasuk cara beliau mendidik ummatnya. Terlihat nyata dan jelas sekali, bagaimana dengan sarana dan prasarana yang minimal, ternyata menghasilkan sumber daya manusia maksimal, yang tiada tandingannya di dunia ini.

Kita tahu, bahwa para sahabat nabi, pada umumnya adalah manusia-manusia yang secara akademis sangat tertinggal dibanding bangsa-bangsa di sekitar Arabia. Seperti bangsa Mesir, bangsa Romawi ataupun bangsa Persia. Mereka adalah bangsa-bangsa tua, yang selama ratusan tahun telah akrab dengan dunia tulis menulis, dunia perdebatan, dunia riset dan dunia buku. Sementara, bangsa Arab saat itu hanya mengenal bersyair, ilmu berkuda dan riwayat-riwayat suku-suku. Karena itulah, kita hampir tidak menemukan satu pun peninggalan sejarah dalam bentuk fisik yang dihasilkan bangsa Arab sebelum Islam. Apalagi dalam bentuk karya tertulis.

Namun ketika Rasulullah SAW bangkit menyampaikan Islam, maka dengan secepat kilat bangsa Arab bangkit laksana raksasa yang baru bangun dari tidurnya. Secara militer, mereka telah melakukan pergerakan yang sedemikian cepat dengan menumbangkan para penguasa dzalim pada masa itu. Yaitu Kaisar Romawi di barat dan Maharaja Parsi di timur. Sementara secara moral, mereka telah menunjukkan dengan apik sebuah model pemerintahan yang melayani rakyat sebagai ganti periode sebelumnya, dimana rakyat bukan hanya pelayan dari penguasa, namun telah menjadi budak para penguasa. Di bidang kebudayaan, bangsa Arab yang bodoh telah bergerak cepat mengambil alih berbagai peradaban tua dan menyinarinya dengan cahaya Islam. Hingga kemudian lahirlah para ilmuwan Islam yang cukup terkenal hingga saat ini. Seperti Ibnu Sina (kedokteran), Ibn 'Arabi (filsafat), Ibn Khaldun (Sosial), Al Ghazaly (Tasawuf), Al Mawardi (ketatanegaraan), Asy Syafi'i, Hanafy, Maliki dan Hambaly (hukum) dan lain-lain.

Yang menjadi pertanyaan bagi para pendidik adalah apakah rahasia pendidikan Rasulullah SAW, yang mampu merubah seorang jagoan kampung semacam Khalid bin Walid sehingga menjadi jenderal tak terkalahkan pada masanya. Atau preman pasar semacam Umar bin Khatab yang kemudian menjadi kepala negara yang susah dicari tandingannya di masa sekarang. Bagaimana budak semacam Salman Al Farisi yang sebelumnya hanya mengenal cara menanam dan merawat kurma di Madinah bisa menjadi gubernur yang sukses di Persia. Dan bagaimana pengembala kambing seperti Abdullah bin Mas'ud bisa menjadi ahli tafsir Al Qur'an? Dan bagaimana seorang Bilal, hamba sahaya yang dihina dina, menjelma menjadi sosok manusia penuh kemuliaan, sehingga dijuluki Bilal ibn Rabbah?

Ternyata, kalau kita simak secara teliti dan mendalam, ada beberapa rahasia keberhasilan pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, diantaranya:.
Pertama, basis pendidikan yang beliau bangun adalah Iman/Tauhid/Akidah. Hingga dengan keyakinan inilah, kemudian muncul pribadi-pribadi yang bisa mengendalikan diri dan pribadi-pribadi yang meyakini asal muasal mereka berasal, apa yang harus dilakukan selama hidup di dunia, dan kesadaran bahwa kelak merekapun akan diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang telah mereka lakukan di hadapan Allah SWT. Sehingga dari pancaran keimanan ini, muncul pribadi-pribadi yang jujur, rendah hati, terbuka, bertanggung jawab, amanah dan berakhlak mulia. Dengan dasar keimanan ini, seorang manusia menjadi sosok yang mensemesta dan menjagat raya. Dari seorang yang limited person (sosok serba terbatas), menjadi unlimited person (sosok yang tak terbatas).

Kedua, basis pendidikan beliau adalah akhlak. Akhlak atau sering diistilah dengan karakter atau "attitude" tingkah laku, merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembinaan ummat yang beliau lakukan. Rasulullah SAW merupakan cerminan komprehensif kesempurnaan sikap, prilaku, dan pola pikir. Beliau menyampaikan risalah Islam tidak sekedar bicara verbal semata, melainkan seluruh tingkah lakunya adalah contoh suri tauladan bagi umatnya. Bahkan sayyidah ‘Aisyah r.a. tatkala ditanya oleh beberapa sahabat mengenai pribadi Rasulullah SAW menyebutkan, bahwa Rasulullah itu adalah Al-Qur'an berjalan. Artinya semua kaidah kehidupan yang ditetapkan Islam melalui Al-Qur'an semuanya contoh sudah terdapat dan dijumpai dalam diri Rasulullah SAW. Rasul tidak sekedar memberikan teori, akan tetapi contoh konkret melalui akhlak dan perilakunya. Beliau bukan hanya menjadi seorang nabi, tapi juga kepala negara. Beliau tidak cuma sekadar bapak tapi juga guru dengan teladan yang baik. "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah." (QS.Al-Ahzab : 21)

Pendidikan yang Rasulullah terapkan, tidak sekedar transfer ilmu pengetahuan akan tetapi transfer nilai-nilai spiritual. Nilai-nilai ketuhanan ditransmisikan kepada para sahabat dan shohabiyah ketika itu. Pendidikan yang dilahirkan adalah pendidikan yang mengacu kepada kebenaran Allah, Tuhan Semesta Alam. Dengan begitu generasi terbaik yang dihasilkan merupakan generasi yang konsisten di dalam menularkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran. Hal ini beliau sampaikan dalam khutbah-khutbah yang beliau lakukan. Disamping itu, dalam kesempatan berbincang-bincang dan bergaul dengan para sahabat, beliau sangat menekankan aspek akhlak ini kepada mereka. Dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa Rasulullah SAW memberikan contoh konkret bagaimana bentuk akhlak yang mulia ini melalui perilaku belau sehari-hari. Hingga dari hasil pendidikan akhlak yang beliau lakukan, lahirlah insan-insan yang berbudi pekerti mulia. Dan ternyata kelak akhlak mulia yang dimiliki para sahabat ini menjadi modal besar bagi mereka dalam meraih kesuksesan dalam perjuangan yang mereka lakukan.

Ketiga, basis pendidikan berdasar minat dan bakat. Rasulullah SAW sangat tahu bahwa masing-masing sahabat beliau memiliki kelebihan-kelebihan dan keunikan-keunikan dimana yang satu berbeda dengan yang lain. Karena itulah, beliau tidak membebani mereka untuk melakukan sesuatu yang diluar bakat dan kapasitas alamiah mereka. Hingga akhirnya timbuhlah manusia-manusia istimewa dengan basis bakat alamiah mereka masing-masing.

Khalid bin Walid misalnya. Ia dari awal memiliki bakat kemiliteran yang menonjol. Karena itulah, Rasulullah SAW membina Khalid agar menjadi panglima perang yang handal. Bukan menjadi ahli pengobatan atau ahli hukum. Zaid bin Haritsah lain lagi. Sahabat Nabi yang satu ini memiliki minat dan bakat dalam bidang berhitung dan bahasa asing. Maka sejak dini Rasulullah SAW membimbing Zaid sehingga ia menjadi ahli faroidh (hukum waris) disamping menjadi juru bahasa beliau dan sekretaris pribadi. Sementara Abdurrahman bin Auf memiliki bakat di bidang perdagangan. Maka beliau pun membinanya hingga akhirnya Abdurrahman bin Auf menjadi salah satu konglomerat Islam yang banyak memberikan sumbangan harta bagi kejayaan Islam dan kaum muslimin. Demikian juga dengan para sahabat yang lain. Mereka dibina oleh Rasulullah SAW sesuai dengan bakat mereka masing-masing.

Keempat, pendidikan berbasis doa dan riyadhoh ritual (tirakat). Rasulullah SAW mengajarkan, bahwa doa adalah sesuatu yang penting bagi setiap mukmin. Dan beliau pun memberi contoh bagaimana berdoa dalam berbagai situasi dan kondisi. Dengan berdoa dan riyadhoh, potensi lahiriah yang sebenarnya terbatas dapat dilipat gandakan dayagunanya sehingga dapat melebihi keadaan apabila tidak disertai doa. Dengan demikian, upaya yang dilakukan bukan sekedar bertumpu pada kemampuan lahiriyah, namun juga didukung oleh "peran dan kuasa langit", sehingga kesuksesan dan kejayaan bisa diraih. Inilah yang juga sangat ditekankan oleh Al Qur'an dan Sunnah. Karena itulah, jika kita melihat kehidupan para sahabat Nabi, mereka ternyata adalah pelaku-pelaku olah spiritual yang sangat kuat dan ini menjadi salah satu rahasia keksuksesan dalam hidup mereka.

Dari semua dasar pendidikan di atas, hingga akhirnya muncul sekelompok manusia yang sholeh mulia, dengan keunikan masing-masing, berkarakter, berakhlak terpuji serta dengan modal keimanan dan laku spiritual yang kuat, yang menyatu dalam Jama'ah Islam, bergerak dalam satu komando untuk menegakkan agama Allah SWT. Inilah rahasia mengapa pendidikan yang beliau lakukan membuahkan hasil yang gemilang.
Sumber: motivasiislam.online.